Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Sabtu, 15 Maret 2014
Hari ini dimulai dengan biasa saja. Bangun pagi, shalat, bersih-bersih lalu berangkat menuju gymnasium. Tak ada perasaan apapun yang membuatku merasa bahwa hari ini istimewa. Perasaan senang ketika bisa berkumpul dengan adik-adik tentor dan melanjutkan kebersamaan dengan saudara-saudari di FBI. Tak ada yang berbeda, tak ada fikiran apapun. Hingga akhirnya saat aku sedang membeli sarapan, ada seorang teman yang menyapa dan berkata “Selamat Ulang Tahun Fitria, gambarnya nyusul ya”. Aku hanya bisa tersenyum dan berterimakasih atas doa yang diberikan. Malu dan bingung bagaimana seharusnya cara yang pantas untuk membalas kebaikan seorang teman yang begitu memperhatikanku. Ya, karena sampai saat itu aku hanya berfikir “Ah, hari ini tanggal 15 Maret, tanggal yang tertera di akta sebagai tanggal kelahiranku”.
Saat membuka hp dan akun media sosial, ternyata banyak doa dan ucapan yang dituliskan untukku. Begitu banyak, hingga membuatku sangat senang, tapi juga sekaligus sedih. Setelah itu, mulai bermunculan kejutan-kejutan dari orang-orang di sekitarku. Mulai dari keluarga Risedu dan Forces yang tercinta seusai acara Jurnalistik Forces. Saat ditanya apa harapanku, aku menjawab “Semoga keberadaan Forces semakin bermanfaat untuk IPB dan masyarakat pada umumnya. Semoga keberadaanku di sini juga bisa semakin bermanfaat, bukan sekedar keberadaan yang sebatas kehadiran”. Berlanjut dengan kejutan dari keluarga “Maharani” yang terkasih ( :p). Walaupun kalian bilang itu sederhana, tapi aku tak peduli. Bagiku keberadaan kalian saja sudah begitu istimewa, karena kalian yang paling setia berada di sisi. Kalian yang paling tahu bagaimana karakterku yang sebenarnya, dan paling bisa memahami apa adanya. Maaf, karena justru aku yang tak bisa memahami kalian. Terlalu banyak merepotkan dan membuat kalian kesal. Terimakasih ^_^ (peluk semuanya)
Berlanjut lagi beberapa hari kemudian, sebuah kejutan yang tak terduga dari teman-teman yang tersayang (peluknya yang boleh di peluk aja ya :p). Sesuatu yang sama sekali tak aku sangka, namun tak sengaja aku membuatnya tak sesuai rencana. Padahal, sudah membawa-bawa kasus laporan yang “seolah-olah” hilang agar aku tetap diam di tempat dan mencari laporannya, tapi aku malah bersikeras untuk pergi dan tak sengaja menggagalkannya. Sekali lagi, bukan berhasil atau tidak rencana itu yang membuatku bahagia. Namun karena aku tahu begitu pedulinya kalian padaku dan bagaimana kalian mau bersusah payah melakukan semuanya untukku, membuatku tak bisa menahan senyuman itu, senyuman yang berasal dari hati.
Saat itu aku berpikir, bagaimana mungkin aku mengabaikan keberadaanku sendiri, tak peduli dengan berapa usia yang telah aku lewati, di saat masih banyak orang yang justru peduli. Saat itu aku juga sadar, bahwa keberadaanku di sini selama 20 tahun ini, bukan hanya tentang diriku sendiri, tapi tentang orang-orang di sekitarku. Hal pertama yang seharusnya menjadi hal yang paling aku syukuri dan tak boleh aku sia-siakan adalah Allah telah menitipkanku dalam rahim seorang wanita yang luar biasa. Bagaimana setelah sembilan bulan lamanya aku bertumbuh di rahimnya, ia rela mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku ke dunia ini. Sesosok makhluk kecil yang justru belum pernah ia lihat wajahnya, namun begitu ia sayangi sepenuh hati. Kekhawatirannya tak hilang begitu saja saat aku lahir, karena aku tak menangis. Membuat semua orang khawatir jika ada yang salah denganku. Akhirnya mereka semua berusaha lagi hingga aku mengeluarkan tangisan itu. Sungguh, tak ada pengorbanan yang lebih besar dari itu, Mama.
Tak lupa juga seorang lelaki gagah yang selalu melindungiku. Tubuhnya tak kekar layaknya ksatria yang ada di negeri dogeng. Tinggi, kecil, begitulah perawakannya. Namun ia dapat menanggung semua beban demi melindungi keluarga kecilnya. Bapak. Selain itu, masih banyak orang lain yang membuatku masih bisa berada di sini sampai saat ini. Guru-guru yang telah membimbingku. Teman-teman yang selalu menghiburku. Saudara-saudara yang ditemui selama perjuangan, bahkan orang-orang yang tak pernah ku tahu namanya, semua punya kontribusi akan keberadaanku. Sungguh tak pantas aku menyia-nyiakan semuanya. Saat aku justru merasa tak ada yang istimewa dengan penambahan usia ini, maka ingatlah bahwa hari ini juga berarti jatah usiaku semakin berkurang. Buatlah setiap harinya menjadi istimewa untuk mereka yang telah banyak berkorban untukmu. Karena sesungguhnya saat seseorang dilahirkan, saat itu pula banyak orang lain yang berkorban untuknya. Untuk menyambutnya di dunia.
Sabtu, 29 Maret 2014
Hari ini adalah hari yang begitu istimewa bagiku, karena tepat 6 tahun yang lalu aku mendapatkan kado terindah dalam hidupku. Seorang adik kecil yang manis. Maulidannisa Azzahra Slamet.
Baginya yang masih kecil, mungkin hari ini tak ada beda dengan hari-hari sebelumnya. Hal yang ia tahu tentang hari ulang tahun adalah hari saat teman-temannya mengundangnya untuk memakan kue dan bernyanyi bersama. Tapi bagiku, kelahirannya adalah sesuatu yang berharga.
Setelah 14 tahun menjadi anak tunggal, akhirnya aku punya “teman” di rumah. Seorang “teman” yang bisa dikasihi dengan sepenuh hati. Seseorang yang bisa selalu membuatku tertawa melihat tingkahnya. Seseorang yang walau kadang membuatku kesal, tapi tetap tak pernah bisa berhenti untuk disayangi. Bintang kecil yang menyinari hatiku, Mama, dan Bapak. Bintang kecil yang membuatku pernah mendengar kata-kata yang begitu indah dari Bapak, seseorang yang selama ini aku anggap begitu “dingin”, kurang lebih seperti ini “Cinta itu bukan semakin berkurang karena terbagi. Justru ia semakin bertumbuh dan memiliki tempatnya masing-masing. Bukan menambah beban untuk bekerja, justru menambah energi untuk berjuang”
Seseorang yang sekali lagi mengingatkanku tentang hakikat sebuah kelahiran. Tentang bagaimana begitu banyak orang mau berjuang untuknya, dan merasa bahagia akan kehadirannya. Sekarang, setelah bertahun-tahun pergi, akankah kita mengabaikan perjuangan itu dan menghilangkan senyum manis dari mereka yang berjuang? Ataukah kita ingin tetap mengukir senyuman di bibir dan hati mereka dengan perjuangan yang layak kita berikan untuk mereka?
Teruntuk adikku tercinta, semoga bisa menjadi gadis yang sholeha dan semakin pintar berterimakasih untuk kedua orangtua kita. Semoga kakakmu ini juga bisa menjadi contoh yang baik bagimu, dan bersama-sama menjadi kebanggaan bagi orang tua kita tercinta. Semoga kelak juga kau tak akan malu-malu untuk berkata “Ma, pak, aku sayang kalian. Terimakasih”